duuh.... emang susah ya biar konsisten nulis di blog :(
semangat.... he3x....
Tulisan ini lanjutan dari catatan perjalanan yang bisa dibaca disini.
Setelah istirahat untuk makan siang (yang agak kesorean) kami pun melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya saya memberi kabar ke rombongan yang kami tuju.
Perjalanan setelah istirahat ini terasa lebih nyaman, karena jalanan lancar. Saya memutuskan untuk tidak berbelok di Parung Kuda, melainkan melalui perkebunan sawit saja, pengalaman selama ini pengerasan jalan aspal yang ada lebih baik di jalur ini.
Akhirnya kami pun tiba di BMT Amanah Madani, Lembaga Keuangan Mikro yang bisa dibilang saya ikut berperan serta dalam membidani proses kelahirannya pada 2009 yang silam. Awalnya kami sempat khawatir BMT sudah tutup, karena kami tiba sudah lumayan sore, dan dari persimpangan jalan, terlihat rolling door BMT dalam posisi tertutup. Tapi kami pun segera bersyukur karena ternyata BMT masih melakukan kegiatan operasional mereka, dan rolling door yang ditutup karena memang bukan pintu masuk utama.
Saya mengucapkan salam dan disambut ramah oleh Kang Dayat dan rekan-rekan BMT. Apakah mereka memang masih ingat saya, atau karena saya datang dengan menggunakan seragam he3x....
Tak berapa lama, Kang Dayat naik ke lantai 2, ooh... ternyata BMT sekarang sudah 2 lantai, Alhamdulillah. Dan kemudian turunlah Pak Didin, sang ketua BMT. Kami pun diajak untuk berdiskusi di lantai 2, agar lebih akrab katanya.
Di lantai 2 kami bertemu dengan Galih, namun sayang Manajer BMT, Kang Nana, sedang mengalami musibah, dan harus menemani Ibunda tercinta di Rumah Sakit, sehingga kami pun tidak bisa bertemu dan akhirnya hanya berdiskusi dengan Pak Didin.
Saya gembira mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Pak Didin, bahwa BMT Amanah Madani saat ini sudah maju, bahkan dana kelolaan sudah lebih dari 1 Milyar, suatu angka yang mungkin tidak terbayangkan oleh teman teman pengelola saat dulu mengikuti pelatihan di awal awal pendirian. BMT juga sudah banyak dilirik oleh Perbankan karena kondisi keuangan dan operasional yang sudah semakin baik. Dalam hati saya berdoa, semoga BMT semakin baik di masa yang akan datang dan semoga semakin mendukung proses menuju masyarakat yang menjalankan transaksi keuangan dengan prinsip syariah sepenuhnya. Bukan hanya dari segi istilah, namun benar benar sesuai dengan syariah yang dicontohkan oleh Rasul dan para Sahabat yang mulia.
Diskusi yang begitu menarik membuat waktu seolah olah berjalan dengan cepat, tak terasa sudah sekitar jam 5 sore, namun kami belum mendapat update lokasi dari rombongan yang berada di belakang kami. Saya pun menawarkan kepada rekan kerja apakah tetap akan menunggu ataukah kami ke penginapan dulu. Saat diputuskan untuk ke penginapan dan berpamitan, tiba tiba Pak Saleh, yang ada di rombongan yang kami tunggu sampai di kantor BMT. Dan kamipun kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi yang dituju.
Saya yang sebelumnya mengira bahwa lokasi tujuan berada dekat Kecamatan Kalapanunggal, harus kembali bersabar, karena ternyata perjalanan menuju lokasi tersebut tidak sedekat yang saya kira. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang buruk dan contour yang terjal, menjadikan fisik kami kembali diuji. Dan setelah 1 jam perjalanan, akhirnya kami berhenti di satu lokasi.
Ya, lokasi yang menjadi tujuan kami adalah area Program Green Corridor Initiative, yang berada di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun - Salak.
Saya dan rekan kerja saya, sedang ingin berdiskusi dengan masyarakat yang telah mengikuti program ini hampir setahun lamanya, semoga kami dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah mereka perbuat dalam rangka melakukan restorasi hutan di kawasan ini.
Ternyata masyarakat di wilayah ini, sudah beberapa kali menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Mereka pernah menerima bantuan berupa domba sebagai bagian dari pengembangan ekonomi. Sayang, karena kami tiba sudah menjelang maghrib, jadi saya tidak bisa mengambil gambar dengan jelas.
Di dalam kandang kandang semacam ini, terkumpul sekitar 50 ekor domba, yang kini berada dalam pengelolaan Koperasi hasil bentukan masyarakat untuk lebih meningkatkan kerjasama di antara mereka.
Sedangkan untuk program restorasi hutan, mereka pun sudah dilatih untuk melakukan pembibitan, tanaman tanaman yang akan digunakan dalam proses penghijauan kembali.
Banyak hal yang kami diskusikan dalam suasana yang santai. Dari harga domba aqiqah, hingga penjualan saat qurban, dan beberapa rencana yang ingin mereka lakukan di masa yang akan datang. Karena waktu yang mulai larut, kamipun pamit untuk mencari penginapan.
Awalnya, kami ingin mencari penginapan di Kota Sukabumi, tapi karena sudah terlalu larut dan kami merasa kasihan dengan driver yang membawa kami, maka kami putuskan untuk menginap di Hotel terdekat. Kemudian kami melanjutkan di pagi hari, mengambil jalur Cianjur, agar terhindar dari kemacetan parah di Caringin, Bogor.
Meskipun perjalanan kali ini, lumayan melelahkan, tapi saya berharap semoga lain waktu, saya bisa kembali bersilaturahim dengan para penggerak ekonomi syariah di wilayah ini.
semangat.... he3x....
Tulisan ini lanjutan dari catatan perjalanan yang bisa dibaca disini.
Setelah istirahat untuk makan siang (yang agak kesorean) kami pun melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya saya memberi kabar ke rombongan yang kami tuju.
Perjalanan setelah istirahat ini terasa lebih nyaman, karena jalanan lancar. Saya memutuskan untuk tidak berbelok di Parung Kuda, melainkan melalui perkebunan sawit saja, pengalaman selama ini pengerasan jalan aspal yang ada lebih baik di jalur ini.
Akhirnya kami pun tiba di BMT Amanah Madani, Lembaga Keuangan Mikro yang bisa dibilang saya ikut berperan serta dalam membidani proses kelahirannya pada 2009 yang silam. Awalnya kami sempat khawatir BMT sudah tutup, karena kami tiba sudah lumayan sore, dan dari persimpangan jalan, terlihat rolling door BMT dalam posisi tertutup. Tapi kami pun segera bersyukur karena ternyata BMT masih melakukan kegiatan operasional mereka, dan rolling door yang ditutup karena memang bukan pintu masuk utama.
Saya mengucapkan salam dan disambut ramah oleh Kang Dayat dan rekan-rekan BMT. Apakah mereka memang masih ingat saya, atau karena saya datang dengan menggunakan seragam he3x....
Tak berapa lama, Kang Dayat naik ke lantai 2, ooh... ternyata BMT sekarang sudah 2 lantai, Alhamdulillah. Dan kemudian turunlah Pak Didin, sang ketua BMT. Kami pun diajak untuk berdiskusi di lantai 2, agar lebih akrab katanya.
Di lantai 2 kami bertemu dengan Galih, namun sayang Manajer BMT, Kang Nana, sedang mengalami musibah, dan harus menemani Ibunda tercinta di Rumah Sakit, sehingga kami pun tidak bisa bertemu dan akhirnya hanya berdiskusi dengan Pak Didin.
Saya gembira mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Pak Didin, bahwa BMT Amanah Madani saat ini sudah maju, bahkan dana kelolaan sudah lebih dari 1 Milyar, suatu angka yang mungkin tidak terbayangkan oleh teman teman pengelola saat dulu mengikuti pelatihan di awal awal pendirian. BMT juga sudah banyak dilirik oleh Perbankan karena kondisi keuangan dan operasional yang sudah semakin baik. Dalam hati saya berdoa, semoga BMT semakin baik di masa yang akan datang dan semoga semakin mendukung proses menuju masyarakat yang menjalankan transaksi keuangan dengan prinsip syariah sepenuhnya. Bukan hanya dari segi istilah, namun benar benar sesuai dengan syariah yang dicontohkan oleh Rasul dan para Sahabat yang mulia.
Diskusi yang begitu menarik membuat waktu seolah olah berjalan dengan cepat, tak terasa sudah sekitar jam 5 sore, namun kami belum mendapat update lokasi dari rombongan yang berada di belakang kami. Saya pun menawarkan kepada rekan kerja apakah tetap akan menunggu ataukah kami ke penginapan dulu. Saat diputuskan untuk ke penginapan dan berpamitan, tiba tiba Pak Saleh, yang ada di rombongan yang kami tunggu sampai di kantor BMT. Dan kamipun kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi yang dituju.
Saya yang sebelumnya mengira bahwa lokasi tujuan berada dekat Kecamatan Kalapanunggal, harus kembali bersabar, karena ternyata perjalanan menuju lokasi tersebut tidak sedekat yang saya kira. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang buruk dan contour yang terjal, menjadikan fisik kami kembali diuji. Dan setelah 1 jam perjalanan, akhirnya kami berhenti di satu lokasi.
Ya, lokasi yang menjadi tujuan kami adalah area Program Green Corridor Initiative, yang berada di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun - Salak.
Saya dan rekan kerja saya, sedang ingin berdiskusi dengan masyarakat yang telah mengikuti program ini hampir setahun lamanya, semoga kami dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah mereka perbuat dalam rangka melakukan restorasi hutan di kawasan ini.
Ternyata masyarakat di wilayah ini, sudah beberapa kali menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Mereka pernah menerima bantuan berupa domba sebagai bagian dari pengembangan ekonomi. Sayang, karena kami tiba sudah menjelang maghrib, jadi saya tidak bisa mengambil gambar dengan jelas.
Di dalam kandang kandang semacam ini, terkumpul sekitar 50 ekor domba, yang kini berada dalam pengelolaan Koperasi hasil bentukan masyarakat untuk lebih meningkatkan kerjasama di antara mereka.
Sedangkan untuk program restorasi hutan, mereka pun sudah dilatih untuk melakukan pembibitan, tanaman tanaman yang akan digunakan dalam proses penghijauan kembali.
Banyak hal yang kami diskusikan dalam suasana yang santai. Dari harga domba aqiqah, hingga penjualan saat qurban, dan beberapa rencana yang ingin mereka lakukan di masa yang akan datang. Karena waktu yang mulai larut, kamipun pamit untuk mencari penginapan.
Awalnya, kami ingin mencari penginapan di Kota Sukabumi, tapi karena sudah terlalu larut dan kami merasa kasihan dengan driver yang membawa kami, maka kami putuskan untuk menginap di Hotel terdekat. Kemudian kami melanjutkan di pagi hari, mengambil jalur Cianjur, agar terhindar dari kemacetan parah di Caringin, Bogor.
Meskipun perjalanan kali ini, lumayan melelahkan, tapi saya berharap semoga lain waktu, saya bisa kembali bersilaturahim dengan para penggerak ekonomi syariah di wilayah ini.
Comments